Kata
pengantar
Puja dan puji syukur kami
panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang senantiasa memberikan limpahan Rahmat dan
Taufiq-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah yang
berjudul “ Akuntansi persediaan“ ini.
Makalah ini disusun selain sebagi pendalaman saya dalam pembelajaran Akuntansi keuangan juga untuk memenuhi tugas matapelajaran Akuntansi keuangan yang dibimbing oleh Ibu Niptah Nurjannah S,Pd
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan makalah “ Akuntansi persediaan“ yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.
Dan yang terakhir, saya berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua baik pembaca maupun penyusun. Tak lupa, kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini adalah salah satu yang saya harapkan.
Makalah ini disusun selain sebagi pendalaman saya dalam pembelajaran Akuntansi keuangan juga untuk memenuhi tugas matapelajaran Akuntansi keuangan yang dibimbing oleh Ibu Niptah Nurjannah S,Pd
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan makalah “ Akuntansi persediaan“ yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.
Dan yang terakhir, saya berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua baik pembaca maupun penyusun. Tak lupa, kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini adalah salah satu yang saya harapkan.
Balikpapan, 2015
Eri setyowati
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR ……………………………………………………………..1
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..2
BAB I Pendahuluan
LATAR
BELAKANG ……………………………………………………………………3
BAB
II Pembahasan
A.
AKUNTANSI PERSEDIAAN
1.
Pengertian persedian ……………………………………………………………………….4
2.
Klasifikasi persediaan ……………………………………………………………………....4
3.
Sistem pencatatan persediaan ……………………………………………………………5
4.
Metode dalam penentuan nilai persediaan
………………………………………………6
B. SISTEM PENILAIAN
PERSEDIAAN
1.
Metode dalam penentuan persediaan dalam sistem
periodik …………………………7
2.
Metode dalam penentuan persediaan dalam sistem
perpetual ………………………..8
BAB III
Penutup
KESIMPULAN
……………………………………………………………………………….9
BAB I
PENDAHULUAN
Ø Latar
Belakang
Persediaan adalah segala sesuatu /
sumber-sumber daya organisasi yang di simpan dalam antisipasinya terhadap
pemenuhan permintaan dari sekumpulan produk physical pada berbagai tahap proses
transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses,dan kemudian barang jadi
(Handoko, 1997:hal 333)
Persediaan merupakan salah satu
asset yang paling mahal dibanyak perusahaan, mencerminkan sebanyak 40% dari
total modal yang diinvestasikan. Manajer operasi diseluruh dunia telah lama
menyadari bahwa manajement persediaan yang baik itu sangatlah penting disatu
pihak, suatu perusahaan dapat mengurangi biaya dengan cara menurunkan tiket
persediaan ditangan. Dipihak lain, konsumen akan merasa tidak puas bila suatu
produk stoknya habis. Oleh karena itu, perusahaan harus mencapai keseimbangan
antara investasi persediaan dan tingkat pelayanan konsumen.
Semua
organisasi mempunyai beberapa jenis system perencanaan dan pengendalian
persediaan. Dalam hal produk-produk fisik, organisasi harus menentukan apakah
akan membeli atau membuat sendiri produk mereka. Setelah hal ini diterapkan,
langkah berikutnya adalah meramalkan permintaan. Kemudian manajer operasi
menetapkan persediaan yang diperlukan untuk melayani permintaan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
AKUNTANSI PERSEDIAAN
A.
Pengertian persediaan
Persediaan adalah pos-pos aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis normal, atau barang
yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam membuat barang yang akan dijual.
Dapat disimpulkan bahwa Persediaan (Inventory), merupakan aktiva perusahaan
yang menempati posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan, baik itu
perusahaan dagang maupun perusahaan industri (manufaktur), apalagi perusahaan
yang bergerak dibidang konstruksi, hampir 50% dana perusahaan akan tertanam
dalam persediaan yaitu untuk membeli bahan-bahan bangunan.
Berdasarkan pengertian di
atas maka perusahaan jasa tidak memiliki persediaan, perusahaan dagang hanya
memiliki persediaan barang dagang sedang perusahaan industri memiliki 3 jenis
persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan
persediaan barang jadi (siap untuk dijual).
Dalam laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat penting karena baik laporan Rugi/Laba maupun Neraca tidak akan dapat disusun tanpa mengetahui nilai persediaan. Kesalahan dalam penilaian persediaan akan langsung berakibat kesalahan dalam laporan Rugi/Laba maupun neraca.
Dalam laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat penting karena baik laporan Rugi/Laba maupun Neraca tidak akan dapat disusun tanpa mengetahui nilai persediaan. Kesalahan dalam penilaian persediaan akan langsung berakibat kesalahan dalam laporan Rugi/Laba maupun neraca.
B. Klasifikasi persediaan
Klasifikasi persediaan dapat dibedakan menjadi dua , yaitu :
a)
Menurut PSAK no.14 (2007)
Istilah persediaan dalam akuntansi
ditujukan untuk menyatakan suatu
jumlah aktiva berwujud yang memenuhi kriteria (PSAK : Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia No. 14) yang menyatakan bahwa persediaan adalah aktiva:
a) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.
b) dalam proses produksi dan atau perjalanan atau
c) dalam bentuk bahan (atau perlengkapan) untuk digunakan dalam proses produksi
jumlah aktiva berwujud yang memenuhi kriteria (PSAK : Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia No. 14) yang menyatakan bahwa persediaan adalah aktiva:
a) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.
b) dalam proses produksi dan atau perjalanan atau
c) dalam bentuk bahan (atau perlengkapan) untuk digunakan dalam proses produksi
b)
Menurut jenis perusahaan
Persediaan barang diklasifikasikan sesuai dengan jenis
usaha perusahaan tersebut. Dalam perusahaan perdagangan persediaan barang
merupakan aktiva dalam bentuk siap dijual kembali dan yang paling aktif dalam
operasi usahanya. Sedangkan dalam perusahaan pabrikasi atau manufaktur,
persediaan barang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : persediaan bahan
baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Terdapatnya klasifikasi persediaan
yang berbeda antara perusahaan perdagangan dengan perusahaan manufaktur adalah
karena fungsi dua perusahaan itu memang berbeda. Fungsi perusahaan perdagangan
adalah menjual barang yang diperolehnya dalam bentuk sudah jadi. Dengan kata
lain, tidak ada proses pengolahan seandainya terjadi pengolahan maka pengolahan
tersebut terbatas pada pembungkusan atau pemberian kemasan agar barang lebih
menarik selera konsumen. Sedangkan fungsi perusahaan manufaktur adalah mengolah
bahan mentah menjadi produk selesai.
C. Sistem
pencatatan persediaan
Untuk dapat menetapkan nilai persediaan pada
akhir periode dan menetapkan biaya persediaan selama satu periode, sistem
persediaan yang digunakan adalah:
1. Sistem Periodik (physical) yaitu pada setiap akhir periode dilakukan
perhitungan secara phisik untuk menentukan jumlah persediaan akhir. Perhitungan
tersebut meliputi pengukuran dan penimbangan barangbarang yang ada pada akhir
suatu periode untuk kemudian dikalikan dengan suatu tingkat harga/biaya.
Perusahaan yang menerapkan sistem periodik umumnya memiliki karakteristik
persediaan yang beraneka ragam namun nilainya relatif kecil. Sebagai ilustrasi
adalah kios majalah di sebuah pusat perkantoran dan pertokoan yang menjual
berbagai jenis majalah, koran, alat tulis, aksesoris handphone, dan gantungan
kunci. Jenis persediaan beraneka ragam namun nilainya relatif kecil sehingga
tidaklah efisien jika harus mencatat setiap transaksi yang nilainya kecil namun
frekuensi transaksi tinggi. Meskipun demikian sebenarnya pada saat ini alasan
tersebut dapat diabaikan dengan adanya teknologi komputer yang meMudahkan
pencatatan transaksi dengan frekuensi tinggi, misalnya seperti di toko retail.
1. Sistem Permanen (Perpetual), yaitu melakukan pembukuan atas persediaan
secara terus menerus yaitu dengan membukukan setiap transaksi persediaan baik
pembelian maupun penjualan. Sistem perpetual ini seringkali digunakan dalam hal
persediaan memiliki nilai yang tinggi untuk mengetahui posisi persediaan pada
suatu waktu sehingga perusahaan dapat mengatur pemesanan kembali persediaan
pada saat mencapai jumlah tertentu. Misalnya persediaan alat rumah tangga
elektronik (mesin cuci, kulkas, microwave).
Perbedaan penggunaan kedua metode adalah pada
akun yang digunakan untuk mencatat pembelian persediaan. Pada system pencatatan
periodik pembelian persediaan dicatat dengan mendebit akun pembelian sehingga
pada kahir periode akan dilakukan penyesuaian untuk mencatat harga pokok barang
yang dijual dan melaporkan nilai persediaan pada akhir periode.
D.
Metode dalam penentuan nilai persediaan
Metode yang
dapat kita pergunakan. Yaitu : 1. Metode FIFO 2. Metode
LIFO 3.Metode rata-rata 4.Metode identifikasi
khusus.
1. Metode FIFO ( First In First Out )
Dalam metode ini, barang yang pertama kali masuk dianggap dijual terlebih dahulu. Jadi harga barang yang masih tersisa di persediaan kita adalah barang-barang yang terakhir dibeli oleh kita.
2. Metode LIFO ( Last In First Out )
Metode ini merupakan kebalikan dari metode yang pertama disebutkan diatas. Jadi barang yang pertama kali dijual justu adalah barang yang terakhir kali dibeli. Dan barang yang masih ada di persediaan kita adalah barang-barang yang pertama kali kita beli.
3. Metode rata-rata ( Average Method )
Nilai persediaan barang yang ada di unit usaha kita dihitung berdasarkan harga rata-rata pembelian. Dalam metode ini terdapat dua cara penghitungan yang berbeda.
a. Rata-rata sederhana, Nilai rata-rata ditentukan dari rata-rata harga beli barang secara global.
b. Rata-rata tertimbang, niali rata-rata per unit.
4. Metode idetifikasi khusus.
Dalam metode ini penilaian barang sesuai dengan nilai masing-masing jenis barang yang ada. Jadi dalam metode ini setiap barang haruslah jelas darimana asal-usulnya serta harga yang diperoleh ketika pembelian barang tersebut.
1. Metode FIFO ( First In First Out )
Dalam metode ini, barang yang pertama kali masuk dianggap dijual terlebih dahulu. Jadi harga barang yang masih tersisa di persediaan kita adalah barang-barang yang terakhir dibeli oleh kita.
2. Metode LIFO ( Last In First Out )
Metode ini merupakan kebalikan dari metode yang pertama disebutkan diatas. Jadi barang yang pertama kali dijual justu adalah barang yang terakhir kali dibeli. Dan barang yang masih ada di persediaan kita adalah barang-barang yang pertama kali kita beli.
3. Metode rata-rata ( Average Method )
Nilai persediaan barang yang ada di unit usaha kita dihitung berdasarkan harga rata-rata pembelian. Dalam metode ini terdapat dua cara penghitungan yang berbeda.
a. Rata-rata sederhana, Nilai rata-rata ditentukan dari rata-rata harga beli barang secara global.
b. Rata-rata tertimbang, niali rata-rata per unit.
4. Metode idetifikasi khusus.
Dalam metode ini penilaian barang sesuai dengan nilai masing-masing jenis barang yang ada. Jadi dalam metode ini setiap barang haruslah jelas darimana asal-usulnya serta harga yang diperoleh ketika pembelian barang tersebut.
SISTEM
PENILAIAN PERSEDIAAN
A.
PENILAIAN PERSEDIAAN DENGAN
SISTEM FISIK ( PEREODIK)
Untuk menentukan
nilai persediaan barang pada akhir periode menurut system pisik
adalah
sebagai berikut :
·
Metode MPKP ( FIFO )
Dalam metode
ini, barang yang lebih dulu masuk diaggap lebih dulu keluar atau dijual
sehingga nilai persediaan akhir terdiri atas persediaan barang yang dibeli atau
yang masuk belakangan. Jadi harga pokok barang yang keluar (dijual) dihitung
berdasarkan harga barang yang dibeli lebih dahulu, sesuai dengan jumlah
pembeliannya. Atau dengan kata lain nilai persediaan akhir barang didasarkan
pada harga barang yang dibeli terakhir, sesuai dengan jumlah unitnya.
·
Metode MPKP ( LIFO )
Dalam metode ini, barang yang terakhir masuk diaggap
lebih dulu keluar atau dijual sehingga nilai persediaan akhir terdiri atas
persediaan barang yang dibeli atau yang masuk lebih awal. Sehingga harga pokok
barang yang terjual dihitung berdasarkan pada harga barang yang dibeli terakhir
sesuai dengan jumlah unitnya, atau nilai persediaan barnag didasarkan pada
harga barang yang dibeli pada awal, sesuai dengan jumlah unitnya.
·
Metode Tanda Pengenal Khusus
Dalam metode tanda pengenal khusus ( specific
identification ) setiap barang yang dibeli atau yang
masuk diberi kode / tanda pengenal yang menunjukkan harga per satuan sesuai
faktur yang diterima. Pada metode ini sudah jelas harga per satuannya Dengan
demikian untuk mengetahui jumlah atau nilai persediaan pada akhir periode
tinggal mengalikan jumlah barang yang masih ada dengan harga yang tercantum
dalam etiket barang tersebut.
·
Metode RataRata
a. Metode RataRata Sederhana
Dalam metode ini harga barang ditentukan dengan cara
membagi jumlah harga beli per satuan setiap transaksi pembelian dan persediaan
awal dengan
frekwensi pembelian dan persediaan awal periode.
b. Metode Rata-Rata Tertimbang
Dalam
metode ini harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga barang yang
tersedia untuk dijual yakni jumlah persediaan awal ditambah jumlah pembelian
dengan kuantitas barang tersebut
B.
PENILAIAN PERSEDIAAN DENGAN
SISTEM PERPETUAL
Dalam sistem
perpetual setiap terjadi mutasi persediaan dicatat dalam akun persediaan.
Metode penilaian persediaan digunakan pada saat terjadi transaksi penjualan,
dengan membuat Kartu Persediaan Barang secara lengkap yang memuat kuantitas,
harga satuan, jumlah harga baik untuk lajur masuk, keluar, maupun sisa. Kartu
persediaan tersebut sebagai buku pembantu untuk tiap macam barang digunakan
atau yang dijual. Sehingga apabila perusahaan memiliki 15 jenis barang, maka
harus membuat Kartu Persediaan barang sebanyak 15.
Metode penilaian
persediaan dalam pencatatan secara perpetual sebagai berikut :
1. Metode RataRata bergerak ( Moving Average )
Dalam metode ini, harga beli ratarata dihitung setiap terjadi
transaksi pembelian. Harga pokok penjualan per satuan didasarkan pada harga
ratarata pada saat terjadi transaksi penjualan.
2. Metode FIFO
Metode ini beranggapan barang yang ada paling awal dianggap dijual paling awal
juga. Perbedaanya adalah dalam metode perpetual perhitungan harga pokok
dilakukan pada saat terjadi penjualan.
3. Metode LIFO
Pada metode ini barang yang terakhir dibeli dianggap dijual lebih dahulu. Harga
pokok dihitung pada saat terjadi penjualan
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Persediaan (inventory),
adalah meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu,
dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam siklus operasi normal
perusahaan. Aktiva lain yang dimiliki perusahaan, tetapi tidak untuk dijual
atau dikonsumsi tidak termasuk dalam klasifikasi persediaan. Persediaan
merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup penting dalam
suatu perusahaan.
Metode yang
dapat digunakan dalam hubungannya dengan pencatatan persediaan ada dua, yaitu:
1. Metode Stock Opname atau
Metode Periodik (Fisik)
2. Metode Perpetual.
Masalah kepemilikan barang dalam perjalanan (Goods in transit)
sangat tergantung dari perjanjian yang disepakati oleh penjual dan pembeli. 2
syarat tersebut adalah (1) Fob Shipping Point dan (2) Fob
Destination. Tidak semua barang yang berada di
gudang/toko bisa diakui menjadi milik perusahaan, misalnya barang titipan
(barang konsinyasi) dari pihak lain dengan tujuan akan dijual untuk dan atas
nama pihak lain tersebut dengan mendapatkan sejumlah komisi (consignment in)
tidak dapat diakui sebagai milik perusahaan. Sebaliknya untuk barang yang
sifatnya consigment out,
yang sampai dengan tanggal neraca belum terjual harus dicantumkan di Neraca.
Sistem pencatatan (administrasi) persediaan
ada dua, yang pertama sistem fisik/periodik (periodic
inventory system), berdasarkan sistem ini persediaan ditentukan
dengan melakukan menghitung fisik terhadap persediaan.